24/07/11

munggah mewarnai hidup

Di kereta di sore hari di niat ini
mencari menggali mewarnai hidup
warna hidup yang masih terlihat kelam
hingga menelusuri ladang yang naik turun
apakah dan bagaimanakah warna sejati
dengarkan pepatah kolot membuka lebar telinga hati
satu demi satu, q mengerti ... namun belumlah kefahaman
jadikan dirimu seperti kayu jati nak ...
warnai hidupmu dengan sebuah warna yang harus kau cari 
sesungguhnya hidup itu tak main - main
dan janganlah kau coba untuk bermain - main 
tancapkan tongkat tauhidmu sedalam - dalamnya di lahan ini 
demi tersambungnya sejarah lalu sejarah dalam lakonan hidup
dan sesungguhnya banyak hal yang di luar logikamu 
carilah warna hidupmu di munggah ini.

17/07/11

Pagi yang Religi

Tadi malam ...
aura sa'at lalu kunjung tak terkira pada detikkan ashry di ruang gelap.
memaksa lepaskan ikatan jangga yg penuh duri menari.
tegak lelah, ku bersimpuh karna rapuh.
panjatkan harap sebelum lelapQu bermimpi.
niatkan cita dalam cipta tuk menabur benih kembali di pematang hati.
biarlah dayinta ku lelapkan sa'at ini.
demi masa yg tak mau diramal oleh penyihir.
lebih indah bila mukjijat atau karomah,
atau hidayah serta maunah.
hingga ...
getaran syair dalam ayatMu,
musnahkan musuh dalam diri.
diPagi yg religi ...
nikmat dari mu, ku pelajari tuk bersyukur atasnya.
tak ada daya dan upaya, melainkan atas kuasaMu ya Ilahi.

29/06/11

Dengan Nama Tuhan yg berKuasa

Ketika mulutmu bersumbar akan suatu hal tentang masa lalu,
tegaskanlah masa itu tak kau lihat lagi.
bahkan tolong masukan ke dalam peti yang terkunci rapat, rapat sekali ...
lalu simpan di ruangan yang gelap, bahkan buanglah ke dalam jurang kelupaan.

di suatu saat ternyata kau dihantui oleh apa yang kau buang.
mengapa itu terjadi ?
karna kau tak menguncinya dengan rapat, serapat - rapatnya ...
kuncilah peti itu dengan nama Tuhan yang berkuasa.

di sini tetap menghisap sebatang rokok ...
meresapi aroma alam yang semakin menua ini.
ditemani bayang raut wajah lucumu.
yang semangati hari - hariku ...

ku diledeki seekor bebek bunting di belakang rumah,
ku tertawa terbahak - bahak ...
bahkan sampai - sampainya aku pipis di celana ...
hihi ... aku mayu ... ^_^ ....

tapi mengapa dengan candamu ...
tak selama angin terhempas setiap hari .
kau sedih dan menangis.
menangisi apa yang kau buang di masa lalu.
kau ikat perasaanmu sendiri dengan tali di tanganmu.
apakah kau tak menyadari semua itu ?
bahwa seorang kesatria yang pecundang sedang menjagamu
aku disini menjagamu 
aku disanapun menjagamu 
aku disini dan merpati disana
aku dan merpati menjadi satu dalam cinta 
dan kaulah cintanya
dengan Nama Tuhan yang berKuasa !
aku menjagamu sayank ...

23/06/11

Percik Pembunuh Jiwa

Di sudut kota pengeluh cerita
tampak hidup seolah pembenteng raga
menyentuh jiwa yang benar renta
siapakah dirimu hitam ? ...
mengapa segerombolan semut selalu menamu,
berduyun menuju kemanisan
dayinta manis merasa bangga
karna pahit tak kuasai dirinya ...
mengiris manah sepercik ucap
namun pengaruhi cangkang yang semakin membuyar
jadinya relung hitamkan cahaya
itu wajar karna mereka tak bodoh ...
di sudut lain penghuni gubuk dunia
tampak sosok bayangan merah
dimana ia dapat membunuh
dimana ia dapat membohong
dimana ia dapat mengeluh
semua sama seperti dedaunan disorot surya
namun mengapa berbeda ? ...
apakah harus kembali menjadi kesatria
gertaki jiwa yang dikuasai para iblis
namun aku tak suka membunuh
aku lebih suka dibunuh ...

15/05/11

Pengeluh Cerita

Ketika busuran panah penancap sang merpati,
ku tak bisa menahan laju angin tuk mencengkramnya.
ketika si kancil sedang diburu para buaya,
ku tak bisa membangkang keserammannya.
ketika segerombolan semut di injak - injaki para atasan,
ku hanya terdiam berkeluh kesah sambil menatapnya.

Aku memang pecundang yang lama
semua tak bisa ku jaga dan terselsaikan
dulu aku seperti angin yang selalu memberi pengaruh
namun dia tak mempunyai arah dan tujuan yang pasti
biar saja dia merasuk ditubuhku ...
ku bungkam semuanya karna takut
semua kabut yang menghalangi ketika melangkah
tersembunyi didalam goa sanubariku
ku terdiam dan hanya terdiam ...
entah terjangan apa yang mampu membuatku bangkit kembali
bila harus ku sudahi hidup ini ...
mungkin saja gelarku pecundang mati
yang tinggalkan bumi dengan hina ...

Bila harus menerus cengkraman ini membunuhku 
bila harus menerus terjangan ini butai mataku
bila harus tepian tombak merobek jantungku 
dan bila harus kematian datang ketika gemetar
Aku sang pengeluh sejati ...
bertekad tuk berperang dimedan jiwa ini 
ku hunuskan pedang untuk diriku sendiri 
ku robek - robek jantungku sendiri 
ku genggam otak yang berlumuran darah segar
ketika itu ku bunuh diri 
membunuh pengeluh sejati.